ada kura-kura tergeletak di jalanan, aku melihat dari kejauhan, dari jarak yang cukup jauh untuk membuatku ragu apakah itu kura-kura atau bukan, tapi aku yakin. Aku mendekatinya. Awan bergulung membentuk bentuk-bentuk khas yang familiar, seperti Bolu Meranti, sayang tidak bisa dimakan, karena awan sebenarnya adalah uap air, hanya bisa diminum.
kura-kura meronta! mentari nampak senang membakar kulitnya yang anyir dan keriput, kura-kura itu sudah tiga abad umurnya, binatang malang itu adalah saksi mata revolusi industri.
seorang pegawai negeri menyerbu menyusul langkahku, ia membawa map-map berisi formulir-formulir, surat-surat, memo-memo dan sepucuk pena yang sudah tidak bertinta. Ia berlari seakan esok kiamat. Pegawai negeri tauladan itu bersimpuh disamping kura-kura yang terlunta di tengah jalanan aspal berdebu, ia mengeluarkan isi mapnya, menggoyang tubuh kura-kura yang semakin tidak bernyawa, anda tak akan tahu berapa nyawa yang bisa dimiliki kura-kura.
matanya sudah kaku. tungkainya sudah menjadi besi. ia telah mati. si pegawai negeri itu menuliskan beberapa torehan kata di formulirnya dan segera beranjak. Pada saat yang sama aku sampai ke tempat itu, dan menyadari bahwa di sekelilingku ada ratusan kura-kura sekarat, dan ribuan pegawai negeri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
nice one! :) suruh follower lo follow gue juga dong :p
gw ga ngerti do.....
terlalu abstrak....
hahahhaa....
another rangkaian kalimat cantik tanpa perlu ada arti dan maksud yang jelas dari seorang aldo.
nice!
mana katanya mo jadi followers gue lu?
Post a Comment